Jaminan Kesehatan
Nasional di bawah pengelolaan BPJS dinilai masih kurang sosialisasi padahal
akan mulai dilaksanakan Januari 2014. (Foto : Kemenkes)
Jatinangor― Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai dilaksanakan Januari
2014. JKN menampung Jamkesmas, askes
PNS, TNI, Polri dan JPK Jamsostek dibawah pengelolaan Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS). BPJS sendiri merupakan lembaga perubahan dari PT Askes.
BPJS beroperasi dibawah landasan UU No 24 tahun 2011 tentang BPJS dan UU No 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
“Jaminan
Kesehatan Nasional diharapkan dapat meng-cover
seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Kepala Bidang Pembiayaan dan Ekonomi Kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
dan Konsultan Monev JKN 2013, Dr. dr. Mahlil Ruby, M.Kes dalam acara Kajian
Luar Biasa tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan di Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UP), Sabtu (12/10).
Pelayanan yang buruk
dari dokter disebabkan oleh sistem yang buruk pula. Di sisi lain, JKN juga
memiliki kelemahan utama yakni kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.
Selain kurangnya
sosialisasi, tenaga medis juga menjadi sorotan dalam pelaksanaan JKN. “Masyarakat
cenderung memilih berobat ke rumah sakit dibanding Puskesmas karena menilai dokter
umum di rumah sakit lebih kompeten padahal kita mampu,” ujar Dosen Ilmu
Kesehatan Masyarakat (PHOP) FKUP Dr. Elsa Pudji, dr. MM. dalam acara yang sama.
Kajian Luar Biasa
tentang Jaminan Kesehatan Nasional sendiri diselenggarakan oleh Seksi Kajian
dan Ilmiah Pengurus Harian FK UP. Acara ini diperuntukkan khususnya untuk
mahasiswa kedokteran, psikologi, farmasi, kedokteran gigi, dan keperawatan
Universitas Padjadjaran. “ Kami menyadari sosialisasi JKN masih sangat kurang.
Melalui acara ini, kami berharap masyarakat memahami sistem dari JKN itu
sendiri, khususnya bagi para calon tenaga medis, “ ujar Ratu Istihajar, Panitia
KLB JKN. (Rizani Hammama)
+ komentar + 1 komentar
Jakarta, Aktual.com —Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membantah kurangnya sosialisasi Kartu Jakarta Pinta (KJP). Hal itu terkait dengan antrean warga yang hendak mencairkan KJP di beberapa wilayah.
“Bukan kurang sosialisasi, ini tuh persoalannya otaknya sudah biasa mencuri duit pakai mau narik cash melulu terus ribut, saya sih diemin saja,” kata Ahok di Balaikota, Jumat (31/7).
KJP Dinilai Kurang Sosialisasi, Ahok Sebut Warga Jakarta Miliki ‘Otak Pencuri’
Posting Komentar